Istilah entrepreneurship (kewirausahaan) telah banyak berdengung di telinga masyarakat, lain halnya dengan istilah intrapreneurship. Orang-orang cenderung tidak memahami makna dari intrapreneurship. Pada dasarnya intrapreneurship adalah entrepreneurship yang dipraktekan dalam sebuah organisasi yang lebih besar dan mempunyai sumber daya untuk melaksanakan ide dan inovasinya guna mengembangkan perusahaannya. Jadi dapat dikatakan bahwa perbedaan intrapreneurship dan entrepreneurship adalah skala besar-kecilnya suatu perusahaan atau organisasi.
Organisasi yang besar sangat membutuhkan para intrapreneur untuk merespon masalah yang dihadapi perusahaan seperti kebutuhan akan inovasi. Seiring meningkatnya kualitas persaingan usaha dan untuk mencegah terjadinya exodus, para karyawan terbaik dan cerdas memiliki kecenderungan yang meninggalkan perusahaan untuk menjadi entrepreneur usaha mandiri.
1. Pengertian Intrapreneurship
Intrapreneurship is the practice of using entrepreneurial skills without taking on the risks or accountability associated with entrepreneurial activities.
Intrapreneurship is a strategy for stimulating innovation by making better use of entrepreneurial talent. When effectively promoted and channelled, intrapreneurship not only fosters innovation, it also helps employees with good ideas to better channel the resources of a corporation to develop more successful products.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa intrapreneur adalah entrepreneurship yang dipraktekkan di dalam sebuah organisasi yang mapan.
2. Keunggulan dan Kerugian Intrapreneurship
Keunggulan dari intrapreneurship adalah pada sumber daya untuk melaksanakan pembangunan bisnis. Mereka dapat memakai sumber daya yang ada pada perusahaan sekarang. Bahkan perusahaan core dapat memberi jaminan modal dan memperbolehkan penggunaan nama perusahaan inti untuk branding. Manajemen operasi pada perusahaan baru dan kebijakannya terkadang mirip dengan perusahaan lama. Pada entrepreneur, manajemen biasanya lebih flexible.
Kerugian dari intrapreneurship adalah “boss” perusahaan baru sebenarnya masih tetap dihitung sebagai karyawan dari perusahaan inti sehingga kebebasannya tidak seluas perusahaan utama (terikat kontrak). Hidup dari perusahaan baru kadang sangat bergantung dari kebijakan perusahaan inti.
3. Faktor pendukung pengembangan intrapreneurship
Pengembangan intrapreneur didukung beberapa faktor ini :
• Peningkatan persaingan sehingga innovasi harus diperhatikan termasuk dari karyawan yg tentunya mempunyai gambaran detail operasi perusahaan
• Peluang perusahaan menurun untuk memegang posisi atas (lihat referensi 1)
• Loyalitas karyawan menurun, bila karyawan mempunyai ide bisnis tetapi perusahaan tidak mau melaksanakannya maka karyawan tsb mungkin akan mencari sumber daya diluar (dan keluar lagi organisasi)
Bagaimana perusahaan sekarang menyikapi Intrapreneur
Saat ada beberapa cerita sukses tentang intrapreneur, perusahaan harus juga waspada terhadap resikonya. Membuka perusahaan baru dengan sumber daya perusahaan inti adalah cara yang efektif untuk menguras kekuatan perusahaan inti. Perusahaan inti harus benar-benar memperhitungkan kemampuan mereka dan kemungkinana resiko dan keuntungan dari calon perusahaan baru.
Seorang penemu ide bisnis harus dilihat apakah mempunyai kemampuan dalam operasinya. Saat seorang penemu mungkin melihat jalan baru untuk menggapai konsumen, mereka mungkin memerlukan seseorang yang ahli dalam detail operasi. Penemu seperti yang menunjukkan tujuannya, orang operasional akan memutuskan dengan kendaraan apa mereka akan kesana.
Perusahaan inti harus melihat intrapreneur sebagai salah satu cara untuk mendeliver ide ke pasar dengan cepat. Sebaiknya perusahaan bisa mengidentifikasikan karyawan mereka yg mempunyai jiwa intrapreneur dan memberikan kesempatan kepada mereka yang idenya berpeluang menghasilkan profit.
Sumber : (http://cyndrell4.blogspot.com/2009/03/kreatif.html)
Diposting oleh Angga Surya di 04.48
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar